Sahabatku, Lihatlah dengan Siapa Kamu Berteman
Labels:
Akhlak
بسم الله الرحمن الرحيم
Semoga Allah menjadikan amal kita ini ikhlas karenaNya dan semoga Dia menambahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat dan Al-‘Amal Ash-Shalih. Dan juga kami berdo’a agar pertemuan kita ini menjadi salah satu tanda/isyarat pertemuan kita di surgaNya kelak.
Selanjutnya, marilah kita mohonkan agar Shalawat serta Salam tetap tercurahkan kepada Rasulullah berserta keluarganya.
Sahabatku –Semoga Allah menyatukan kita diatas kalimatNya yang lurus lagi kuat-,
Marilah kita berusaha untuk mengamalkan apa-apa yang diinginkan oleh islam atas diri kita. Cara mengetahuinya yaitu dengan mempelajari Al-Qur’an dan juga hadits-hadits rasulullah yang shahih kepada seorang guru yang memang ahli dalam hal tersebut. Kemudian, disaat kita mempelajari keduanya maka akan kita ketahui bahwasanya Islam ini sangat menekankan kita untuk bergaul, bersahabat, bersaudara dengan seorang yang mencintai Allah dan RasulNya. Bukanlah seperti apa yang kita dengar dari lisan kebanyakan orang, “bertemanlah engkau dengan siapa saja, janganlah memilih-milih teman”. Ketahuilah bahwasanya,
وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللّهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka”[Al An’am (6):116].
Semua perkataan yang serupa dengan hal diatas ini, justru bertentangan dengan firman Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالاً وَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاء مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu.mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.“ [Ali ‘Imran (3) : 118]
Dalam Tafsirnya, Ibnu katsir -Rahimahullah- mengomentari ayat ini dengan ucapan,
“Allah subhanahu wa ta’ala berfirman seraya melarang hamba-hambanya yang mukmin mengambil orang-orang munafik sebagai teman kepercayaan” , beliau juga mengatakan :
لاَ تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ
“janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu” [Ali ‘Imran (3) : 118]
Yakni selain dari kalangan kalian yang tidak seagama. بِطَانَة artinya “ teman dekat yang mengetahui semua rahasia pribadi.” (Tafsir Ibnu Katsir, pada pembahasan Tafsir surat Ali ‘imran ayat 118).
Sungguh disayangkan walaupun ayat Allah di atas sudah jelas permasalahannya, tetapi sampai saat ini masih banyak dari saudara-saudara kita yang lain yang kurang memperhatikan permasalahan ini. Mereka berpaling dari teman – teman mereka yang shalih dan lebih memilih teman atas dasar kehidupan dunia ini, padahal Allah telah mengingatkan kita
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” [Al-Kahfi (18) : 28].
dan satu hal yang sangat mendasari hal ini adalah karena mereka tidak mengetahui apa yang akan mereka dapatkan kelak karena pertemanan tersebut dan hanya melihat apa yang bisa mereka dapatkan untuk (sementara) saat ini. Mereka tidak mengetahui keuntungan atau bahaya apa yang mengancam mereka jika mereka tidak selektif dalam menjalin persahabatan. Oleh karena itu berikut akan kami sampaikan diantara alasan mengapa kita harus memilih sahabat.
(Pertama) bila kita memilih sahabat dari orang yang shalih maka persahabatan kita akan dikekalkan oleh Allah jalla jalaluh sampai kelak kita bernostalgia di surga.
Allah berfirman,
الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” [Az-Zukhruf (43) : 67]
Sehingga dari hal ini maka marilah kita berpikir, untuk apa kita mencari teman, jika hanya untuk membuat musuh di hari kemudian, bahkan musuh tersebut adalah mantan sahabat kita sendiri dan hal inilah yang amat menyakitkan bagi kita.
(Kedua) bila kita memilih sahabat dari orang yang shalih maka pada sejatinya kita sedang bersahabat dengan orang yang sedang berusaha untuk menunaikan hak kita sebagai seorang muslim maupun sahabat.
Siapa diantara kita yang tidak senang jika memiliki teman yang selalu memperhatikan hak kita ? Bila dia berjumpa dengan kita maka dari kejauhan telah terlihat senyumnya yang terkulum indah, karena dia mengingat Firman Allah,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” [Ali Imron (3): 159] .
Dan hadits Rasul
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Dari Abu Dzar, ia berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda, Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah untukmu.” [H.R At-Tirmidziy, dalam kitab berbakti dan Silaturahmi].
Lalu saat berpapasan dengan kita maka dia mengucapkan salam, karena dia mengingat hadits,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Dari Abdullah bin 'Amru bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه و سلم ; "Islam manakah yang paling baik?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu memberi makan dan memberi salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal". [H.R Bukhari, Kitab Al-Iman].
Dan terlebih lagi jika kita bertamu ke rumahnya, maka dia akan memuliakan kita karena dia mengetahui hadits Nabi صلى الله عليه و سلم,
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya”.[H.R Bukhari dan Muslim, lanjutan dari penggalan hadits sebelum ini].
Dia juga selalu menjaga perilakunya sehingga tidak menyakiti orang lain, Dalam kesepiannya maka dia mengingat kita dan mendoakan kita dengan perkara yang baik-baik, Bila kita tertimpa kesusahan maka dia siap membantu kita, Bila kita memiliki salah kepadanya maka begitu murah maafnya kepada kita, Bila kita meminta tolong kepadanya maka dia akan menjaga amanah yang diberikan tersebut, karena takutnya dia terhadap ciri orang munafiq.
“Bila seandainya tanda-tanda seorang shahabat yang shalih diatas tidak dapat kita temukan maka ketahuilah bahwa inilah tanda bagi kita agar bisa menjadi (baik) seperti apa yang disebutkan diatas.”
(Ketiga) bila kita memilih sahabat dari orang yang shalih maka dia akan memberikan pengaruh yang baik bagi diri kita dalam urusan agama ataupun dunia kita.
Berapa banyak dari kita yang mulai mempelajari islam secara mendalam (tidak hanya dalam khutbah jumat saja) dikarenakan pengaruh teman, dan berapa banyak dari kita yang mulai meminum khamr, memakai ganja, dan masuk dalam lingkungan pergaulan bebas disebabkan oleh pengaruh teman. Semua hal ini sebagaimana hadits :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Dari Abu Hurairah , bahwa Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda, "Agama seseorang itu cenderung mengikuti agama temannya, oleh karena itu setiap orang dari kalian hendaknya melihat (memperhatikan) siapa yang ia pergauli." (H.R Abu Dawud )
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْهُ شَيْءٌ أَصَابَكَ مِنْ رِيحِهِ وَمَثَلُ جَلِيسِ السُّوءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْكِيرِ إِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْ سَوَادِهِ أَصَابَكَ مِنْ دُخَانِهِ
Dari Anas Radhiallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda, perumpamaan teman duduk yang baik layaknya pembawa minyak wangi (misik), bila kamu tidak mendapat sesuatu darinya (minyak tersebut) maka paling tidak kamu akan terkena aroma harumnya. Dan perumpamaan teman duduk yang jahat layaknya tukang besi, bila kamu tidak mendapat hitamnya maka paling tidak kamu akan terkena asapnya." (H.R Abu dawud).
(Keempat) bila kita memilih sahabat dari orang yang shalih maka kelak kita akan mendapat naungan Allah pada hari tidak ada naungan selain naunganNya.
Kelak kita akan dibangkiitkan dan dikumpulkan di padang masyhar maka saat itu matahari didekatkan kepada kita sejarak satu miil (الْمِيلِ), semuanya tersiksa karena hal ini (sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah). kecuali beberapa golongan saja, diantaranya adalah mereka yang saling bersahabat karena Allah, sebagaimana sabda Nabi الله عليه و سلم berikut ini,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan (perlindungan) dari Allah dibawah naunganNya (pada hari qiyamat) yang ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Yaitu; Pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, "aku takut kepada Allah", seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri sendirian hingga kedua matanya basah karena menangis". [H.R Bukhari- Muslim]
Dan akhirnya kami cukupkan 4 point ini sebagai alasan mengapa harus memilih orang yang shalih sebagai teman kita. Dan semoga dengan tulisan ini dapat membuat kita bisa lebih selektif dalam berteman dan semoga kita tidak termasuk dalam orang yang dicirikan Allah dengan mereka yang kelak di hari akhir yang dimana mereka berkata kepada dirinya,
يَا وَيْلَتَى لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا
Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab (ku).[Al Furqan (25) : 28]
Wallahu ta'ala a'lam
Alhamdulillah
Selesai ditulis dalam pertengahan bulan Rajab yang mulia , ba’da maghrib
oleh saudaramu yang menginginkan kebaikan
Abu Ibrahim Ridwan
dimuroja'ah oleh ustadz Fachry-hafizhahullahu-
Maraji’
[1] Al-Qur’anul Karim
[2] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari. Tafsir Ath-Thabariy.Pustaka Azzam
[3] Imam Bukhari. Shahih Bukhari
[4] Imam Muslim. Shahih Muslim
[5] Imam Abu Dawud. Sunan Abu Dawud
[6] Imam At-tirmidziy. Sunan At-Tirmidziy
[7] Abu Ibrahim. Catatan Kajian Ustadz Nuzul Dzikri -Hafizhahullah-.
[8] Abul Fida’ Ismail ibnu Katsir Ad-Damsyiqi, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4. Sinar baru Al Gensindo.
Posted by
A R Rowi