Mengenal Rasulullah ﷺ
Labels:
Sejarah
Rasulullah ﷺ Adalah Seorang Hamba Allah dan RasulNya
Muhammad ﷺ adalah seorang Rasul yang diutus pada akhir zaman sebagai penutup para Nabi. Beliau ﷺ diyakini oleh para pengikutnya sebagai seorang Hamba Allah sebagaimana disebutkan dalam kitab suci yang merupakan mukjizat abadi yang Allah -Tuhan Seluruh Alam- mengutusnya kepada segenap manusia bersama dengannya,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil haram ke Al Masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [Al-Isra’ : 1]
Berangkat dari ayat inilah maka para pengikutnya tidak memberikan satupun dari bentuk peribadatan kepada beliau ﷺ walau hanya sedikit, dan terlebih kepada mereka yang berada di bawah kedudukan seorang Rasul.
Meskipun demikian, tidak berarti beliau ﷺ ditempatkan pada kedudukan yang setara dengan umumnya manusia di atas muka bumi ini. kedudukan beliau ﷺ di mata pengikutnya tidak lain adalah sebagai seorang Rasul (Utusan) Allah yang merupakan Tuhan yang menciptakan seluruh Alam yang patut untuk ditaati perintahnya dan dijauhi larangannya di atas cahaya ilmu yang bersumber darinya.
Inilah sikap para pengikutnya pada Era Permulaan Islam dan terus menurun hingga zaman kita ini dimana pada hari ini mereka lebih dikenal dengan sebutan Ahlus Sunnah. Pemahaman ini sebagaimana yang disampaikan oleh Beliau ﷺ sendiri dan termaktub dalam perintah Allah kepadanya untuk menyampaikan hal tersebut.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
Katakanlah (Wahai Muhammad), "Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Maha Esa.” [Al-Kahfi, 110]
Selintas Mengenai Rasulullah ﷺ
Pada masa-masa genjatan senjata antara Kaum Muslimin dan Kafir Quraisy, Rasulullah ﷺ menggunakan kesempatan emas tersebut untuk menyebarkan dakwahnya yang selalu dihalang-halangi oleh mereka semenjak awal ke seluruh penjuru yang dapat dijangkau. Diantara cara penyebaran dakwah tersebut adalah dengan mengirim utusan-utusan untuk mengajak para pembesar dunia pada zaman tersebut kepada Islam. Diantara Para pembesar dunia ini Kaisar Romawi adalah sosok yang akan menjadi jembatan untuk kita dapat melanjutkan ke akhir pembahasan ini.
Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa Rasulullah ﷺ mengutus para duta besar Islam kepada para pembesar dunia pada Era tersebut. Diantara nama-nama duta besar Islam tersebut adalah :
1) Dihyah bin khalifah Al Kalbi, diutus kepada Kaisar - Sang Penguasa Kerajaan Romawi-.
2) Abdullah bin Hudzifah Al Sahmi, diutus kepada Kisra - Sang Penguasa Kerajaan Persia-.
Kedua negara ini merupakan dua negara Adidaya pada zaman tersebut.
3) Amru bin Umayyah, diutus kepada Najasyi -Sang Penguasa Habasyah-.
4) Hathib bin Abi Balta'ah, diutus kepada Mukaukis -Sang Raja Iskadariah, Mesir-.
5) Salith bin Amr, diutus kepada Tsumamah bin Utsal Al Hanafi dan dan Hudzah bin Ali Al Hanafi -keduanya merupakan penguasa Yamamah-.
6) Ala' bin Al Hadhromi, diutus kepada Al Mundzir bin Sawa Al 'Abdi -Sang Penguasa Bahrain-.
7) Syuja' bin Wahab Al Asadi, diutus kepada Al Harits bin Abu Syimr Al Ghassani -Penguasa daerah perbatasan Syam yang ditunjuk oleh kekaisaran Romawi-.
[lihat : Tahdzib Siroh Ibn Hisyam, Abdus Salam Harun, Tanpa Penerbit, Hal 375]
Sekali lagi, bahwa diantara Para pembesar dunia ini terdapat Kaisar Romawi yang merupakan sosok yang akan menjadi jembatan untuk kita masuk ke dalam pembahasan ini. Hal itu terdapat pada dialog antara Dihyah, Kaisar Romawi, dan Seorang Shahabat Nabi yang mulia Abu Sufyan -yang pada saat itu belum masuk Agama Islam-.
[ Dialog Antara Kaisar Romawi-Abu Sufyan ]
Setelah dibacakan kepadanya Surat Ajakan Beliau ﷺ untuk menerima dan masuk kepada Islam, maka segera dia memerintahkan untuk didatangkan kepadanya seorang dari Bangsa Arab yang mengetahui asal usul orang yang mengaku sebagai Nabi dalam surat tersebut. Maka didatangkanlah kepadanya sekelompk orang dari quraisy yang sedang melakukan usaha dagang di daerah Romawi, kemudian merekapun ditanya, "Siapa diantara kalian yang paling dekat kekerabatannya dengan orang yang mengaku nabi ini ?", merekapun memberitahu bahwa Abu Sufyan-lah orangnya, maka berlangsunglah dialog antara keduanya.
Kaisar Romawi [kepada para pedagang Quraisy]: Saya akan bertanya mengenai orang ini (yang mengaku-ngaku sebagai nabi). Jika dia (Abu Sufyan) berbohong kepadaku, maka beritahukan tentang kebohongannya itu.
Maka Abu Sufyan-pun malu untuk berbohong kepadanya, dan memang kebohongan adalah sebuah pantangan bagi mereka dan dapat menurunkan harkat dan martabatnya di masyarakat. Sehingga mulailah soal-jawab antara keduanya.
Kaisar Romawi : Bagaimana mengenai nasab (Silsilah keluarga)nya dimata masyarakat kalian ?
Abu Sufyan : Dia dimata kami termasuk orang yang memiliki status keluarga yang tinggi.
Kaisar Romawi : Apakah sebelumnya terdapat seseorang yang mengatakan seperti yang dia katakan saat ini ?
Abu Sufyan : Tidak ada.
Kaisar Romawi : Apakah para pengikutnya merupakan golongan orang-orang yang terpandang atau justru sebaliknya dari golongan orang-orang lemah ?
Abu Sufyan : Justru pengikutnya berasal dari golongan orang-orang lemah.
Kaisar Romawi : Apakah jumlah mereka terus bertambah atau malah berkurang ?
Abu Sufyan : Justru jumlah mereka terus bertambah.
Kaisar Romawi : Apakah terdapat seorang yang murtad (keluar) dari agamanya karena benci setelah menjadi pemeluknya ?
Abu Sufyan : Tidak ada.
Kaisar Romawi : Apakah kalian dahulu menuduhnya sebagai seorang pembohong sebelum dia mengatakan hal yang dia katakan saat ini ?
Abu Sufyan : Tidak pernah.
Kaisar Romawi : Apakah dia seorang yang menipu, berkhianat, tidak setia, atau curang ?
Abu Sufyan : Tidak. akan tetapi semenjak beberapa waktu yang lalu kami tidak tahu apa yang sedang dia lakukan.
Kaisar Romawi : Apakah kalian memeranginya ?
Abu Sufyan : Ya.
Kaisar Romawi : Bagaimana hasil peperangan antara kalian ?
Abu Sufyan : Hasil dari peperangan yang terjadi diantara kami terjadi secara bergantian. Sesekali kemenangan itu ada pada pihak mereka, dan pada kali yang lain ada bersama pihak kami.
Kaisar Romawi : Perintah apa yang dia dengungkan di telinga-telinga kalian ?
Abu Sufyan : Dia menyuruh kami untuk :1) Tidak Membuat tandingan untuk Allah dengan selainnya. 2) Meninggalkan apa yang dikatakan oleh Nenek moyang leluhur kami. 3) Mendirikan Sholat. 4) Berkata jujur. 5) Menjaga kesucian diri. dan 6) Menjalin Tali Silaturahim (yang terputus).
[lihat : Raudhotul Anwar, Al Mubarokfuri. Darus Salam. Hal 148]
Inilah dia Muhammad ﷺ yang kawan dan lawan mengakui keluhuran budinya dan benarnya ajarannya.
(hal ini dapat diketahui melalui komentar "Kaisar Romawi" mengenai jawaban pertanyaan yang diajukan kepada Abu Sufyan pada buku yang saya cantumkan atau pada buku-buku siroh nabi lainnya)
Nasab Rasulullah ﷺ
Sebagaimana jawaban Abu Sufyan "Dia dimata kami termasuk orang yang memiliki status keluarga yang tinggi", maka pada sesi akhir ini akan saya tuliskan silsilah keluarga beliau ﷺ hingga kakek beliau yang disepakati oleh para pakar ahli siroh Nabi ﷺ. Berarti ada silsilah Beliau yang tidak disepakati oleh para pakar ahli ? Jawabannya adalah "Iya, dan bahkan terdapat silsilah yang disebutkan oleh beberapa orang dimana itu tanpa diragukan lagi merupakan silsilah yang mengandung hal-hal yang tidak benar".
Secara mudah dari paragraf di atas, Nasab Nabi ﷺ yang mulia dapat dibagi menjadi tiga kelompok bagian.
1) Bagian yang disepakati oleh para pakar ahli siroh dan nasab. Bagian ini dimulai dari ayah beliau Abdullah hingga kakek buyut beliau Adnan.
2) Bagian yang diperselisihkan diantara para pakar ahli. Bagian ini adalah dimulai setelah kakek beliau Adnan hingga Nabi Ibrahim.
3) Bagian yang tidak diragukan lagi akan hal-hal yang tidak benar padanya. Bagian ini adalah nasab beliau dari Nabi Ibrahim hingga Bapak Manusia Adam.
[Silsilah Rasulullah dari Jalur Ayah]
Muhammad → Abdullah → Abdul Muththalib [Nama Asli : Syaibah] → Hasyim [Nama Asli : Amr] → Abdu Manaf [Nama Asli : Al Mughiroh] → Qushay [Nama Asli : Zaid] → Kilab → Murrah → Ka'ab → Ku-Ay → Ghalib → Fihr [Terkenal dengan sebuatan Qurays] → Malik → Nadhr [Nama Asli : Qais] → Kinanah → Khuzaimah → Mudrikah [Nama Asli : Amir] → Ilyas → Mudhar → Nizar → Adnan.
[lihat : Rohiqul Makhtum, Al Mubarokfuri]
Untuk bagian kedua dan ketiga tidak ditampilkan karena saya mencukupkan dengan apa yang disepakati oleh para ahli sejarah dan nasab.
Disebutkan bahwa Rasul ﷺ pernah berucap dua atau tiga kali,
كذب النسابون
Para ahli nasab telah berdusta (diulang sebanyak dua atau tiga kali).
Akan tetapi yang lebih tepat bahwa ucapan ini bukanlah dari beliau, melainkan berasal dari Ibnu Mas'ud.
Diriwayatkan pada kesempatan lain bahwa Umar berkata, "Kami hanya memberi nasab hingga Adnan saja. Adapun yang di atasnya maka kami tidak tahu-menahu"
Begitu pula yang diriwayatkan dari Imam Malik bin Anas, bahwa Beliau pernah ditanya mengenai seseorang yang menasabkan dirinya hingga Nabi Adam, maka beliau membenci hal tersebut.
Untuk mengetahui ketinggian nasab Nabi ﷺ maka perlu untuk mengenal person dari para leluhur beliau dan sebab yang menjadikannya mulia di mata masyarakatnya. (Insyaallah pada tulisan selanjutnya)
تمت كتابة هذه المقالة داخل الغرفة
سورابايا،638 29 رمضان 1437
Rid
Posted by
A R Rowi